15 Maret 2011

Bidan dan Dokter Terapkan Teknologi Kontrasepsi Terkini

Oleh : Sri Lestari, S.Gz
Teknologi Kontrasepsi Terkini (TKT) atau Contraceptive Technology Update (CTU) merupakan suatu upaya untuk pemutakhiran informasi dan teknologi kontrasepsi. Penggunaan istilah teknologi terkini, tidaklah indentik dengan penggunaan peralatan canggih dan piranti yang mahal. Istilah ini diartikan sebagai teknologi tepat guna dan sesuai untuk institusi pelayanan dengan sumber daya terbatas, dilaksanakan oleh petugas yang kompeten, dan memberi manfaat maksimal
bagi masyarakat atau keluarga yang membutuhkan pelayanan kontrasepsi berkualitas. Pemahaman tentang teknologi terkini, juga diharapkan dapat mengurangi/menghilangkan masalah barier medik diantara petugas klinik yang sebelumnya menjadi penghambat akses bagi keluarga yang membutuhkan pelayanan KB.
Bagaimanapun juga, pemberi pelayanan KB tentunya memerlukan penyegaran pengetahuan dan keterampilan yang disesuaikan dengan kemajuan teknologi kontrasepsi maupun perkembangan ilmu terbaru untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan KB bagi masyarakat.
Menindaklanjuti hal tersebut, dirancang suatu kegiatan untuk menyiapkan petugas kesehatan yang mampu memberikan pelayanan KB efektif dan berkualitas. Belum lama ini, tepatnya tanggal 07 Maret 2011 telah dimulai kegiatan Pelatihan Kompetensi Pemasangan IUD dan Implant Bagi Bidan dan Dokter Tingkat Kabupaten Brebes yang dibuka oleh Kepala BKBPP Emastoni Ezam, SH, MH. Kegiatan yang dihelat dengan kerjasama antara BKBPP, IBI, IDI, dan P2KP-KR Kabupaten Brebes ini melatih para bidan dan dokter se-Kabupaten Brebes. Sebagian besar peserta adalah para bidan desa, bidan puskesmas, dan bidan DKK yang berada di bawah naungan IBI.
Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar pemberi pelayanan KB adalah para bidan. Program KB di Indonesia tidak akan berhasil tanpa hadirnya bidan. Bidan merupakan ujung tombak penyedia layanan KB. Hal senada tercantum dalam Kepmenkes No. 1464/Menkes/PER/X/2010 yang menyatakan bahwa bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, pelayanan KB, dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan. Para anggota IBI diharapkan dapat meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi terstandar. Standarisasi pelayanan KB telah ada dalam kebijakan Depkes RI yang meliputi keahlian, kompetensi, peralatan, sarana, prasarana, dan manajemen klinik. Oleh karenanya, melalui pelatihan ini diharapkan kualitas pelayanan KB akan semakin meningkat sesuai dengan standar sehingga dapat memuaskan klien/akseptor KB, yang pada gilirannya dapat meningkatkan jumlah akseptor KB.

Berlangsung Hingga Juni 2011
Ditarget selesai Juni 2011, kegiatan pelatihan ini diperuntukkan bagi 12 angkatan bidan dan 3 angkatan dokter. Durasi pelatihan untuk setiap angkatan adalah 4 hari. Pergantian angkatan dilakukan setiap pekan, dan terus berlanjut hingga angkatan terakhir. Jadwal pelatihan, waktu dan proses pembelajaran, dirancang agar efisien dan dapat memberikan tingkat kompetensi yang disyaratkan. Materi dan proses pembelajaran juga dibuat sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk pelatihan keterampilan klinik KB komprehensif maupun pelatihan penyegaran (refresher training). Penyegaran keterampilan klinik IUD maupun implant ini dilakukan untuk memperbaiki kinerja petugas pelaksana pelayanan KB mengingat bahwa pemasangan maupun pencabutan IUD dan implant harus dilakukan secara cermat, teliti, serta sesuai standar yang telah ditetapkan. IUD dan implant merupakan jenis kontrasepsi jangka panjang yang efektif serta terjangkau bagi masyarakat. IUD sendiri telah digunakan oleh 100 juta penduduk di seluruh dunia (Treiman et al., 1995) dan memiliki tingkat efektivitas 99,7%.
Materi pembelajaran yang diberikan dalam pelatihan ini meliputi penapisan klien dan kelaikan medik, konseling, pencegahan infeksi, berbagai metode kontrasepsi, metode kontrasepsi spesifik, dan persyaratan fasilitas pelayanan serta alih keterampilan metode kontrasepsi melalui praktik klinik (IUD dan implant). Evaluasi dari materi pembelajaran yang diberikan dilakukan melalui uji kuesioner. Uji kuesioner dilakukan di awal serta di tengah pelatihan. Uji kuesioner awal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peserta mengenali berbagai topik yang akan diberikan dan pengalaman peserta dalam melaksanakan keterampilan klinik, sebelum mengikuti pelatihan ini. Uji kuesioner tengah diberikan untuk mengukur kemajuan proses pembelajaran dari materi yang telah disampaikan. Evaluasi kinerja dari setiap peserta ini diukur dengan menggunakan daftar tilik penilaian kinerja, dilakukan dengan mengamati secara langsung keterampilan klinik yang telah mereka pelajari, baik pada model anatomi atau dengan klien dibawah bimbingan langsung pelatih klinik hingga mencapai tahap kompeten.
Setiap peserta harus diberikan kesempatan untuk mempraktikan pengetahuan serta keterampilan yang telah diperolehnya secepat mungkin, sebab bila tidak dapat mempraktikkan secepat mungkin maka kepercayaan diri peserta dapat hilang yang pada akhirnya akan menyebabkan kemampuannya juga hilang. Oleh sebab itu, maka pada akhir pelatihan dilakukan praktik pemasangan IUD maupun implant pada klien yang dibawa oleh para bidan, PLKB, dan kader dari wilayah kecamatannya. Praktik pemasangannya sendiri dilakukan di RSUD Brebes.
Para akseptor yang dilayani terlihat cukup antusias. Hal ini dapat dilihat dari jumlah akseptor yang cukup banyak pada setiap angkatan pelatihan. Bahkan, usai pemasangan IUD maupun implant pasien terlihat lebih sumringah. Beberapa akseptor mengatakan bahwa mereka sudah merasa nyaman karena telah memasang IUD dan implant, serta tidak merasakan sakit pada saat pemasangan. 
Tak hanya bertujuan menyiapkan petugas yang kompeten dalam memberikan akses pelayanan KB berkualitas, penyelenggaraan pelatihan ini pun cocok sebagai langkah awal upaya pengembangan institusi pelatihan. Di sini adalah ajang pembelajaran manajemen dan teknis, termasuk penyiapan jejaring pelatihan klinik dalam rangka memunculkan pelatih klinik yang profesional, dan petugas pelaksana yang kompeten, serta hasil pelayanan yang sesuai standar. Pada akhirnya, masyarakat Brebes akan senantiasa memperoleh pelayanan kontrasepsi yang murah, efektif dan berkualitas tinggi, sehingga, masyarakat terdorong untuk berpartisipasi dalam program KB (menjadi akseptor KB). Dengan demikian, pertambahan jumlah penduduk yang dikhawatirkan akan meningkat lebih cepat dapat diantisipasi.

0 komentar:

Posting Komentar

Kami mengajak pembaca untuk berkomentar di artikel ini. Berkomentarlah secara bijak.

Klik Like! : Apakah anda tertarik dengan blog ini?