15 April 2011

Lebih Dekat Dengan Emastoni Ezam


Sosoknya merupakan gabungan tipikal birokrat dan pendidik. Birokrat karena memang beliau adalah pejabat eselon II di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Brebes. Disebut pendidik karena sebelum menjadi pegawai negeri sipil, beliau adalah seorang guru yang mengajar kurang lebih lima tahun pada sebuah SMA Swasta di kabupaten Brebes. Meski telah menjadi birokrat selama lebih dari 20 tahun namun jiwa pendidiknya masih beliau terapkan untuk bawahan dan juga putra-putrinya. Ramah, murah senyum dan bersahaja dengan penampilan selalu rapi. Itula kesan pertama kami ketika mulai perbincangan di sebuah rumah makan di daerah Randusanga, Brebes.
Emastoni Ezam semula Kepala DPPKAD Kabupaten Brebes kini menjabat sebagai Kepala Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kabupaten Brebes. Dia baru dilantik pada 2 Februari 2011 menggantikan Endang Setyastuti, SE yang memasuki purna tugas terhitung 1 Februari 2011. “Tugas itu dimana saja, tidak ada jabatan jelek, apa yang ada itulah yang terbaik buat kita, tinggal bagaimana melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, kita tidak boleh berprasangka buruk,” begitu ujar beliau ketika menanggapi mutasi pejabat eselon II di lingkungan Pemerintah Kabupaten Brebes, sekaligus menepis anggapan rumor bahwa beliau sengaja disingkirkan dari jabatan semula.
“Kalau semua ingin jadi Kepala DPPKAD, lalu siapa dong yang mengisi KB? Program KB itu penting! Tidak boleh dipandang sebelah mata! Bayangkan, apabila dalam dua atau tiga tahun penduduk Brebes meningkat secara tajam. Sekarang sudah 1,7 juta jiwa, lalu apa jadinya Brebes kalau laju pertumbuhan penduduknya meningkat terus, sementara lapangan pekerjaan semakin susah,” terang dia.
Yang membuat kami kagum, meski baru 2 bulan menjabat, semangat dan komitmennya begitu menggebu untuk mensukseskan program Keluarga Berencana.
Kiprahnya sebagai Kepala Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kabupaten Brebes memang belum lama, tapi melihat semangatnya seakan kita melihat prospek Penyuluh KB kedepan yang cukup menggelora. Dia tidak melontar janji-janji muluk bagi para petugas dan penyuluh KB, tapi menurut Pak Toni, sapaan akrabnya, pemerintah harus memandang program KB dengan sepenuh hati.
Sayang sekali jika program KB gagal, justru pemerintah sendiri yang akan kewalahan. Banyak problem yang muncul bila KB gagal, ujarnya. Itu sebuah pernyataan yang cukup tegas. “Maka, Pemerintah harus segera action!” imbuh dia.
Lebih dari 2 abad silam, Thomas Robert Malthus (1778) menulis sebuah hasil penelitian yang mengejutkan banyak orang. Tulisannya itu berulang kali diperbincangkan dalam kajian-kajian kependudukan. Karya tulisnya yang berjudul “An Essay on the Principle of Populations as It Affects the Future Improvement of Society” bagaikan sebuah ramalan masa depan. Malthus mengatakan bahwa the power of population akan tumbuh jauh melebihi kemampuan bumi untuk menghasilkan makanan bagi manusia.
Rhenald Kasali (2005) dalam bukunya, Change!, menggarisbawahi bahwa temuan Malthus menimbulkan kehebohan-kehebohan beruntun, serta-merta membagi bangsa Inggris menjadi dua kubu, dan berujung pada penyelesaian masalah kependudukan yang tengah dihadapi. Seperti itu pula yang menjadi cara pandang Emastoni Ezam, SH, MH.
Atas amanah yang kini diembannya sebagai Kepala BKBPP, Pak Toni menyampaikan, seorang pemimpin yang baik tidak pernah berkata bahwa memajukan program KB itu percuma. Seperti kita ketahui, munculnya revolusi industri. Bagi sebagian besar orang Inggris, bumi hanyalah terdiri dari segumpalan tanah yang membentuk pulau yang mereka huni. Ketidakmampuan bumi memberi makan manusia, seperti ramalan Malthus, tentu saja bisa berarti kiamat. Penelitian Malthus ini memperoleh tanggapan serius dari orang Inggris, maka Inggris terbagi dua: kaum optimis dan kaum pesimis.
Kaum pesimis sibuk dalam keributan, membuat maki-makian terhadap kerajaan, dan menyuarakan ketakutan-ketakutan. Mungkin karena cemas tak bisa memperoleh makanan di tempat tinggalnya, tak lama setelah penelitian itu diperbincangkan, sekitar 200 ribu orang pergi meninggalkan Inggris, bahkan jumlahnya membengkak hingga 20 juta orang pada akhir abad ke-19.
Lain dengan kaum pesimis, kaum optimis meneruskan kerja dan mengingatkan diri sendiri bahwa hidupnya berada pada kotak zona ketidaknyamanan. Mereka melakukan serangkaian penelitian dan bertindak cermat untuk menyelamatkan kehidupan. Akhirnya, orang-orang optimis itu berhasil mematahkan ramalan Malthus. Inggris berhasil keluar dari ancaman itu melalui tiga jendela besar: emigrasi dengan teknologi transportasi laut, revolusi pertanian, dan revolusi industri.
Bercermin pada sejarah rakyat Inggris di atas, Pemerintah Republik Indonesia dan terutama Pemerintah Daerah Kabupaten Brebes harus menjadi kubu optimis. Pemerintah harus mengedepankan kerja dengan kesungguhan hati untuk menyelesaikan permasalahan kependudukan yang tengah dihadapi.
Program KB adalah salah satu solusi utama dalam menghadapi persoalan kependudukan saat ini. Manfaat yang bisa dipetik dari program KB memang manfaat jangka panjang, artinya, bila pemimpin sekarang yang menanamnya maka pemimpin berikutnya yang akan memanen. Meski begitu, dijelaskan oleh Pak Toni, program KB bukan suatu program yang percuma bagi pemimpin sekarang.
Dalam pandangannya, keberhasilan program KB di Kabupaten Brebes akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, termasuk di dalamnya unsur kesejahteraan. Dalam rangka mengejawantahkan visinya, laki-laki bermotto “Hidup adalah tantangan” ini akan memastikan bahwa program KB dan para penyuluh KB tidak dipolitisir. Sebaliknya, program KB akan dikembangkan dengan cara mengupayakan langkah seperti: Memformulakan berbagai bidang di BKBPP untuk kemajuan program KB; Meningkatkan jumlah dan nilai manfaat anggaran BKBPP; mendorong para penyuluh KB agar kreatif dan professional; dan mengembangkan media penyuluhan dari konvensional menjadi modern.
Saat ini, para penyuluh KB di Kabupaten Brebes memiliki disiplin ilmu yang sangat beragam. Mulai dari kesehatan hingga keguruan, mulai dari teknik hingga filsafat, serta mulai dari eksak hingga sosial. Keberagaman disiplin ilmu ini dalam pandangan Kepala BKBPP sebagai asset besar yang dimiliki BKBPP yang memiliki potensi luar biasa. Oleh karenanya, bukti konkrit kemanfaatan berbagai disiplin ilmu untuk kemajuan program KB adalah suatu bentuk keniscayaan.

0 komentar:

Posting Komentar

Kami mengajak pembaca untuk berkomentar di artikel ini. Berkomentarlah secara bijak.

Klik Like! : Apakah anda tertarik dengan blog ini?