15 Maret 2011

Oleh-Oleh dari Jauh: Sebuah Kisah Tentang Posyandu Udin Sedunia

Ditulis oleh Firdaus Hanif, ST
Ini lagu tentang sebuah nama ...
Kata orang udin nama kampungan
Jadi lagu enak juga didengar
Kalau gak percaya, simak dengan seksama


Udin yang pertama, namanya Awaludin
Udin yang suka di kamar, namanya Kamarudin
Udin yang hidup di jalanan, namanya Jalaludin
Udin penggembala, namanya Sapiudin
moooooo…
Udin Udin, namamu norak tapi terkenal
Udin Udin, walaupun norak banyak yang sukahahahaha …

Itulah penggalan lirik lagu Udin Sedunia. Lagu ini telah diputar berulang kali di radio maupun televisi, bahkan diakses jutaan kali di internet. Lagu yang dipopulerkan Sualudin secara kreatif lewat video yang diunggah ke Youtube ini menyentuh perhatian banyak orang. Sualudin yang berstatus sebagai mahasiswa semester 6 ini mendadak menjadi “artis” berkat lagu nyentriknya itu.
Jauh sebelum lagu itu beredar, tahukah Anda bila ternyata di kecamatan terjauh kita, kecamatan Salem, sudah berdiri sebuah posyandu dikelola oleh 5 orang laki-laki yang semuanya bernama UDIN? Sontak saja kami menyebutnya inilah Posyandu Udin Sedunia –tidak ada salahnya kami ikuti ketenaran lagu Udin Sedunia-.
Si Udin pertama tentu saja Drs. Mohamad Awaludin, sang Penyuluh KB yang turut serta menghidupkan posyandu Udin Sedunia. Awaludin menaruh kagum pada posyandu ini, meski kader posyandunya laki-laki posyandu ini tak pernah sepi pengunjung. Tingkat partisipasi masyarakatnya di atas 80%, karena para bapak-bapak ini tak malas untuk mendatangi bayi/balita bila tidak diantarkan ibunya ke posyandu. Keteguhan bapak-bapak ini menjadi kunci kesadaran masyarakat. Singkat kata, posyandu ini layak diusulkan sebagai tauladan.
Awaludin pun bertutur, bahwa posyandu yang berlokasi di Dusun Beber, Desa Ganggawang, Kecamatan Salem ini dilatarbelakangi oleh ketiadaan perempuan yang berminat menjadi kader posyandu. Akhirnya para Pamong Desa setempat mengambil alih peran ini. Meski demikian, ditunjuklah istri Sekretaris Desa sebagai ketua posyandunya. Dengan begitu, posyandu Udin Sedunia digawangi oleh para kader berikut: Rodiyah (istri Sekdes/Carik) sebagai ketua posyandu, Alirudin (Kaur Pemerintahan), Amarudin (Pembantu Kaur Kesra), Pahrudin (Kadus 2), dan Sarmudin.
Kaum perempuan terutama ibu-ibu rumah tangga di Kecamatan Salem mayoritas adalah orang yang tak mau diam di rumah. Bila anda berkunjung ke sana, hampir tidak terlihat ibu-ibu di pagi-siang hari bergosip ria dengan tetangganya. Lingkungan membentuk semangat mereka untuk bekerja mencari penghasilan tambahan bagi keluarga. Ada yang rutin ke sawah, ladang, maupun hutan, ada pula yang beraktifitas di pekarangan rumahnya. Ada yang bertani, mengumpulkan rumput pakan ternak, mengumpulkan kayu bakar, menganyam bambu menjadi kerajinan, tak ketinggalan ada pula yang membatik.
Bisa dikatakan, bagi perempuan di sana, terutama di dusun Beber, lebih baik menggali pundi-pundi ekonomi dibandingkan ikut menjadi kader posyandu meskipun peran kader hanya dibutuhkan sebulan sekali. Walau ketertarikan perempuan menjadi kader cukup rendah, namun kesadaran pentingnya kesehatan ibu dan balita cukup tinggi. Tak hanya itu, partisipasi lansia untuk hadir ke posyandu juga tinggi. Inilah yang cukup mengejutkan, pengambil-alihan peran kader posyandu oleh Pamong Desa ternyata tidak sekedar menjadi rutinitas. Pemaksimalan fungsi kegiatan posyandu merupakan hal yang tidak diabaikan oleh para kader berjuluk “Udin Sedunia” ini.
Si Udin kedua adalah Alirudin. Bapak ini sering terlihat membagi-bagikan bubur kacang hijau untuk para balita. Posyandu dengan pendanaan swadaya ini mampu menyuguhkan tambahan gizi untuk balita. Bubur itu dimasak sendiri oleh Bu Carik.
Udin ketiga bernama Amarudin. Perannya dalam posyandu begitu telaten. Dia menimbang bayi/balita yang hadir. Udin yang lain bernama Sarmudin. Usianya yang tergolong lansia tak menyurutkan semangatnya menjadi kader posyandu. Bahkan karena usianya itulah yang membuat para lansia lain di dusun Beber ikut rajin hadir ke posyandu. Dari Sarmudin kita belajar, bahwa keteladanan adalah contoh terbaik.
Udin yang kami sebut terakhir bukan Akhirudin layaknya yang tercantum dalam lagu, tetapi Pahrudin. Dia adalah seorang Lebe, sehingga memainkan peran sebagai penceramah atau pemateri saat posyandu. Praktis, tak hanya Awaludin saja yang menjadi pengisi materi. Bila Awaludin, sang Penyuluh KB, lebih banyak menyampaikan hal-hal terkait Keluarga Berencana, Pahrudin banyak menyampaikan pesan seputar usia perkawinan ideal dan kehidupan beragama. Inilah sedikit kisah tentang Posyandu Udin Sedunia yang patut ditiru.
Terima kasih banyak buat yang membaca artikel ini,  


Tulisan lain dari Firdaus Hanif:
| Pentingnya edifikasi dalam proses advokasi dan KIE | Oleh-Oleh dari jauh: sebuah kisah tentang posyandu Udin Sedunia | Yuk membenahi lingkungan fisik abiotik untuk keluarga
| BKBPP dan citarasa batik salem | Bantar Gebang, inspirasi ladang energi alternatif yang terbentang | Berlomba-lomba dalam mengkonsumsi BBM, kok bisa?
| Mengapa audit energi? | Pentingnya konservasi energi |

2 komentar:

Anonim mengatakan...

udin pindah

Redaksi Genta Genre mengatakan...

Yang bersangkutan baru klarifikasi hehe...

Udah pindah, pindah ke Songgom (tidak lagi di Salem) mengemban tugas yang lebih berat.

Posting Komentar

Kami mengajak pembaca untuk berkomentar di artikel ini. Berkomentarlah secara bijak.

Klik Like! : Apakah anda tertarik dengan blog ini?