Advokasi dan KIE adalah dua
istilah yang tak lagi asing bagi para penggerak dan penyuluh program KB. Sampai
saat ini, keberhasilan program KB senantiasa terrealisasi berkat dukungan
kegiatan advokasi dan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE). Hal senada juga
disampaikan oleh Loesi Soesalityo pada tulisan Edy Lestari (Buletin Kencana
ed.19, 2011). Dua istilah ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam tugas
para penyuluh.
Namun jarang yang mengenal istilah
edifikasi, walaupun mungkin kerap kali mereka melakukannya. Edifikasi berasal
dari bahasa Inggris, edification, berarti:
peneguhan, perbaikan, atau pendidikan. Edifikasi itu layaknya menokohkan atau
memprofilkan seseorang di hadapan audien/khalayak. Melakukan tindakan edifikasi
sekaligus membuktikan bahwa kita sedang menjalankan kegiatan kemitraan dengan
orang yang teredifikasi. Kegiatan edifikasi perlu dilakukan karena memiliki
tujuan agar peran serta dari berbagai pihak lebih meningkat. Manakala proses edifikasi
telah dilakukan, pihak ter-edifikasi menjadi terangkat harga dirinya (diuwongke – bahasa Jawa), diharapkan
terdorong untuk memberikan peran sertanya.
Definisi
Edifikasi
Edifikasi adalah sebuah tindakan
memperkenalkan kebaikan-kebaikan dan menyebutkan prestasi-prestasi seseorang
kepada orang lain dalam upaya menanamkan rasa menghargai dan menghormati sosok
orang tersebut yang akan mengakibatkan naik dan terangkatnya derajat orang yang
bersangkutan dalam pandangan orang lain. (bmt-zas.blogspot.com, 2012)
Edifikasi dapat pula diartikan
sebagai seni menyemangati seseorang melalui kata-kata yang mencerminkan
pencapaian dan sifat positif yang dimiliki orang tersebut. Edifikasi adalah
seni penghormatan, kekaguman, serta kepercayaan yang menunjukkan seberapa besar
kita mempercayai seseorang. (the-v.net, 2011)
Dalam pelaksanaan sebuah
edifikasi selalu melibatkan tiga pihak. Yakni, pelaku perbuatan edifikasi, pihak
teredifikasi sebagai pihak yang dibicarakan dalam kalimat edifikasi, dan pihak
ketiga sebagai orang yang mendengarkan/melihat proses edifikasi berlangsung. Berikut
contoh kalimat edifikasi. Seorang PLKB tengah melakukan KIE kepada seorang PUS
bernama Yani, “Bu Yani, bila ibu nantinya telah memantapkan hati memilih alat
kontrasespsi IUD/implan, silahkan ibu kunjungi bidan desa kita. Berbincang-bincanglah
dengan Bu bidan Lina atau Bu bidan Sri, dan percayalah kepada pelayanan Bu bidan.
Sebab Bu bidan telah mendapatkan pelatihan IUD dan implan. Mereka juga sudah
berpengalaman dalam pemasangan, pencabutan, maupun penanganan yang ibu
butuhkan.”
Contoh lain kalimat edifikasi
tergambar dari cerita berikut. Dalam suatu sesi penyuluhan, usai memaparkan
informasi singkatnya penyuluh KB menutup materinya dengan berkata secara tulus,
“Apa yang sudah kami sampaikan semoga menjadi pemahaman bagi hadirin sekalian,
dan kami himbau segera konsultasi dengan dokter atau bidan desa kita. Beliau
adalah tenaga medis yang profesional dan memiliki pemahaman yang sangat baik
tentang KB. Bapak Ibu akan mendapatkan pelayanan alat kontrasepsi yang tepat,
nyaman dan aman bagi Bapak dan Ibu sekalian.”
Saatnya
KIE Disertai Edifikasi
Meskipun
penulis menyadari bahwa penulis miskin pengalaman di bidang penyuluhan program
KB, tetapi penulis memberanikan diri untuk menyuguhkan tulisan ini bagi pembaca.
Era penyuluhan program KB saat ini tidaklah lagi era pemaksaan maupun pembualan
(menipu/berbicara dengan data tidak valid dengan taburan bunga-bunga menawan
nan bermekaran). Menurut hemat penulis, saat ini era penyuluhan lebih mirip dikatakan
sebagai era advertising/iklan. Sementara bagi kalangan masyarakat calon
akseptor, PLKB bagaikan salesman produk-produk KB. Tidak jarang PLKB terjebak
untuk membual. Dan bagi PLKB yang telah berpengalaman bertahun-tahun akan jenuh
bila harus membual, akibatnya hanya sedikit bicara atau bahkan cukup diam saja.
Memang, masyarakat Indonesia kebanyakan telah paham manfaat KB.
Peran penyuluh sedikit banyak
telah terbantu oleh promosi KB yang ditayangkan media elektronik dan media
cetak. Peran penyuluh dalam memberikan KIE pun tidak hanya dilakukan oleh PLKB
seorang diri tetapi juga terkadang dilakukan oleh tenaga-tenaga medis, para
pemangku kebijakan, dan tokoh-tokoh agama dan masyarakat. Kondisi yang
menguntungkan bagi para penyuluh KB ini tentu saja perlu dimanfaatkan
momentumnya. Bagi BKKBN/BKBPP dan tenaga penyuluh berkesempatan menselaraskan
momentum yang ada dengan meningkatkan iklan/promosi mereka di tengah masyarakat.
PLKB dalam sesi ceramahnya di
tengah-tengah audien tidak perlu berpanjang cerita. PLKB cukup memaparkan
informasi singkat yang valid dan kemudian diteruskan dengan langkah edifikasi.
PLKB perlu mengedifikasi bidan atau dokter setempat kepada masyarakat. Dengan
begitu, masyarakat terdorong untuk segera mendengarkan nasehat dokter atau bidan
setempat terkait alat kontrasepsi yang tepat.
Tulisan lain dari Firdaus Hanif:
| Pentingnya edifikasi dalam proses advokasi dan KIE | Oleh-Oleh dari jauh: sebuah kisah tentang posyandu Udin Sedunia | Yuk membenahi lingkungan fisik abiotik untuk keluarga
| BKBPP dan citarasa batik salem | Bantar Gebang, inspirasi ladang energi alternatif yang terbentang | Berlomba-lomba dalam mengkonsumsi BBM, kok bisa?
| Mengapa audit energi? | Pentingnya konservasi energi |
0 komentar:
Posting Komentar
Kami mengajak pembaca untuk berkomentar di artikel ini. Berkomentarlah secara bijak.