23 Februari 2014

Pentingnya Edifikasi dalam Proses Advokasi dan KIE

Oleh Firdaus Hanif


Advokasi dan KIE adalah dua istilah yang tak lagi asing bagi para penggerak dan penyuluh program KB. Sampai saat ini, keberhasilan program KB senantiasa terrealisasi berkat dukungan kegiatan advokasi dan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE). Hal senada juga disampaikan oleh Loesi Soesalityo pada tulisan Edy Lestari (Buletin Kencana ed.19, 2011). Dua istilah ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam tugas para penyuluh.
Namun jarang yang mengenal istilah edifikasi, walaupun mungkin kerap kali mereka melakukannya. Edifikasi berasal dari bahasa Inggris, edification, berarti: peneguhan, perbaikan, atau pendidikan. Edifikasi itu layaknya menokohkan atau memprofilkan seseorang di hadapan audien/khalayak. Melakukan tindakan edifikasi sekaligus membuktikan bahwa kita sedang menjalankan kegiatan kemitraan dengan orang yang teredifikasi. Kegiatan edifikasi perlu dilakukan karena memiliki tujuan agar peran serta dari berbagai pihak lebih meningkat. Manakala proses edifikasi telah dilakukan, pihak ter-edifikasi menjadi terangkat harga dirinya (diuwongke – bahasa Jawa), diharapkan terdorong untuk memberikan peran sertanya.


Definisi Edifikasi
Edifikasi adalah sebuah tindakan memperkenalkan kebaikan-kebaikan dan menyebutkan prestasi-prestasi seseorang kepada orang lain dalam upaya menanamkan rasa menghargai dan menghormati sosok orang tersebut yang akan mengakibatkan naik dan terangkatnya derajat orang yang bersangkutan dalam pandangan orang lain. (bmt-zas.blogspot.com, 2012)
Edifikasi dapat pula diartikan sebagai seni menyemangati seseorang melalui kata-kata yang mencerminkan pencapaian dan sifat positif yang dimiliki orang tersebut. Edifikasi adalah seni penghormatan, kekaguman, serta kepercayaan yang menunjukkan seberapa besar kita mempercayai seseorang. (the-v.net, 2011)
Dalam pelaksanaan sebuah edifikasi selalu melibatkan tiga pihak. Yakni, pelaku perbuatan edifikasi, pihak teredifikasi sebagai pihak yang dibicarakan dalam kalimat edifikasi, dan pihak ketiga sebagai orang yang mendengarkan/melihat proses edifikasi berlangsung. Berikut contoh kalimat edifikasi. Seorang PLKB tengah melakukan KIE kepada seorang PUS bernama Yani, “Bu Yani, bila ibu nantinya telah memantapkan hati memilih alat kontrasespsi IUD/implan, silahkan ibu kunjungi bidan desa kita. Berbincang-bincanglah dengan Bu bidan Lina atau Bu bidan Sri, dan percayalah kepada pelayanan Bu bidan. Sebab Bu bidan telah mendapatkan pelatihan IUD dan implan. Mereka juga sudah berpengalaman dalam pemasangan, pencabutan, maupun penanganan yang ibu butuhkan.”
Contoh lain kalimat edifikasi tergambar dari cerita berikut. Dalam suatu sesi penyuluhan, usai memaparkan informasi singkatnya penyuluh KB menutup materinya dengan berkata secara tulus, “Apa yang sudah kami sampaikan semoga menjadi pemahaman bagi hadirin sekalian, dan kami himbau segera konsultasi dengan dokter atau bidan desa kita. Beliau adalah tenaga medis yang profesional dan memiliki pemahaman yang sangat baik tentang KB. Bapak Ibu akan mendapatkan pelayanan alat kontrasepsi yang tepat, nyaman dan aman bagi Bapak dan Ibu sekalian.”

Saatnya KIE Disertai Edifikasi
                Meskipun penulis menyadari bahwa penulis miskin pengalaman di bidang penyuluhan program KB, tetapi penulis memberanikan diri untuk menyuguhkan tulisan ini bagi pembaca. Era penyuluhan program KB saat ini tidaklah lagi era pemaksaan maupun pembualan (menipu/berbicara dengan data tidak valid dengan taburan bunga-bunga menawan nan bermekaran). Menurut hemat penulis, saat ini era penyuluhan lebih mirip dikatakan sebagai era advertising/iklan. Sementara bagi kalangan masyarakat calon akseptor, PLKB bagaikan salesman produk-produk KB. Tidak jarang PLKB terjebak untuk membual. Dan bagi PLKB yang telah berpengalaman bertahun-tahun akan jenuh bila harus membual, akibatnya hanya sedikit bicara atau bahkan cukup diam saja. Memang, masyarakat Indonesia kebanyakan telah paham manfaat KB.
Peran penyuluh sedikit banyak telah terbantu oleh promosi KB yang ditayangkan media elektronik dan media cetak. Peran penyuluh dalam memberikan KIE pun tidak hanya dilakukan oleh PLKB seorang diri tetapi juga terkadang dilakukan oleh tenaga-tenaga medis, para pemangku kebijakan, dan tokoh-tokoh agama dan masyarakat. Kondisi yang menguntungkan bagi para penyuluh KB ini tentu saja perlu dimanfaatkan momentumnya. Bagi BKKBN/BKBPP dan tenaga penyuluh berkesempatan menselaraskan momentum yang ada dengan meningkatkan iklan/promosi mereka di tengah masyarakat.
PLKB dalam sesi ceramahnya di tengah-tengah audien tidak perlu berpanjang cerita. PLKB cukup memaparkan informasi singkat yang valid dan kemudian diteruskan dengan langkah edifikasi. PLKB perlu mengedifikasi bidan atau dokter setempat kepada masyarakat. Dengan begitu, masyarakat terdorong untuk segera mendengarkan nasehat dokter atau bidan setempat terkait alat kontrasepsi yang tepat.


Tulisan lain dari Firdaus Hanif:
| Pentingnya edifikasi dalam proses advokasi dan KIE | Oleh-Oleh dari jauh: sebuah kisah tentang posyandu Udin Sedunia | Yuk membenahi lingkungan fisik abiotik untuk keluarga
| BKBPP dan citarasa batik salem | Bantar Gebang, inspirasi ladang energi alternatif yang terbentang | Berlomba-lomba dalam mengkonsumsi BBM, kok bisa?
| Mengapa audit energi? | Pentingnya konservasi energi |

0 komentar:

Posting Komentar

Kami mengajak pembaca untuk berkomentar di artikel ini. Berkomentarlah secara bijak.

Klik Like! : Apakah anda tertarik dengan blog ini?