15 Desember 2010

Langkah H5N1, Atur Kelahiran

oleh : Drs. Mohamad Awaludin (PKB Kecamatan Salem) 
            Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara-negara di kawasan ASEAN sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Di Kabupaten Brebes saja pada akhir tahun 2009 AKI sebesar 168,07 per 100.000 kelahiran hidup atau dari sejumlah 20.230 ibu melahirkan ada 34 ibu melahirkan meninggal dunia. Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 18,63 per 1.000 kelahiran bayi atau dari sejumlah 20.230 bayi lahir ada 377 bayi lahir meninggal dunia (sumber: Statistik dan Analisa Gender Kabupaten Brebes tahun 2010).
Sebab utama AKI adalah resiko tinggi komplikasi selama masa kehamilan dan persalinan serta perdarahan, sedangkan sebab utama AKB adalah berat bayi saat lahir rendah (BBLR). Peningkatan kesehatan dan kesejahteraan ibu serta anak merupakan faktor paling strategis untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia. Oleh karena itu, bertepatan dengan peringatan Hari Ibu pada tanggal 22 Dessember 1996 di Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah seluruh elemen masyarakat dan pemerintah mencanangkan Gerakan Sayang Ibu (GSI) yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Sayang Ibu dan Bayi (GSIB).
GSIB adalah suatu gerakan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup perempuan melalui berbagai kegiatan yang mempunyai dampak terhadap upaya penurunan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas serta penurunan angka kematian bayi. Di tingkat pedesaan GSIB mengadakan penyuluhan dan KIE (Komunikasi, Informsi dan Edukasi) kepada tokoh masyarakat, tokoh agama, keluarga dan ibu hamil tentang pentingnya peningkatan kualitas hidup perempuan, kesehatan, pencegahan kematian ibu, pemberian ASI eksklusif, kesehatan reproduksi dan wajib belajar bagi perempuan. Penyuluhan dan KIE Keluarga Berencana tentang pengaturan kelahiran adalah salah satu gagasan dan media yang mudah diterima oleh seluruh lapisan masyarakat, khususnya bagi keluarga PUS (Pasangan Usia Subur) yang ingin mengatur kelahiran dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1). HINDARKAN ( H1 ) ibu hamil dan melahirkan pada usia kurang dari 20 tahun, karena pada usia kurang dari 20 tahun organ-organ reproduksi seorang ibu belum siap menerima kehamilan dan melahirkan, ada kemungkinan resiko bayi lahir belum cukup umur (premature), berat bayi lahir rendah (BBLR) dan bayi cenderung meninggal sebelum umur satu bulan;
2). HINDARKAN ( H2 )  ibu hamil dan melahirkan pada usia lebih dari 30 tahun, pada usia lebih dari 30 tahun organ-organ reproduksi seorang ibu kurang sehat untuk menerima kehamilan dan kelahiran bayi, ada kemungkinan resiko tinggi kematian ibu dan atau bayi;
3). HINDARKAN ( H3 ) ibu hamil dan melahirkan terlalu dekat jarak waktunya, karena bagi seorang ibu waktu ideal antara kehamilan pertama dan kehamilan kedua adalah 5 tahun;
4). HINDARKAN ( H4 ) ibu hamil dan melahirkan terlalu sering karena bagi seorang ibu idealnya hamil dan melahirkan hanya dua kali selama masa usia subur;
5). HARUSKAN ( H5 ) ibu hamil dan melahirkan periksa kesehatan di tempat-tempat pelayanan kesehatan modern, seperti Posyandu, Polindes, Pos Kesehatan Desa ( PKD ), Puskesmas, Bidan atau Dokter. Seorang ibu perlu memeriksakan kehamilan paling sedikit empat kali, yaitu : Triwulan I satu kali pada umur kehamilan 1-3 bulan, Triwulan II satu kali pada umur kehamilan 4-6 bulan, dan Triwulan III dua kali pada umur kehamilan 7-9 bulan serta pada waktu nifas setelah melahirkan pemeriksaan dilakukan paling tidak 2 kali;
6). NYAMANKAN ( N1 ) dengan pakai kontrasepsi KB. Sungguh bijaksana apabila ibu dan bapak dari keluarga PUS memakai alat atau obat kontrasepsi (alokon KB). Alokon KB pilhan bagi ibu adalah : spiral/IUD, susuk atau implant KB, suntikan, pil atau obat vaginal (tissue KB) dan  Tubektomi (MOW). Alokon pilihan bagi bapak adalah : Kondom dan Vasektomi (MOP). 
KIE KB tentang pengaturan kelahiran inilah yang lebih dikenal dengan istilah langkah H5N1. Semoga pengaturan kelahiran dengan menggunakan langkah H5N1 dapat mendukung upaya BKBPP Kabupaten Brebes (Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan) mampu “menurunkan angka fertilitas dan angka kematian ibu dan bayi” guna mewujudkan keluarga kecil berkualitas. 

1 komentar:

Redaksi Genta Genre mengatakan...

O...? Rupanya H5N1 bukan virus flu burung ya.

Posting Komentar

Kami mengajak pembaca untuk berkomentar di artikel ini. Berkomentarlah secara bijak.

Klik Like! : Apakah anda tertarik dengan blog ini?