15 Februari 2011

MDGs dan Program Keluarga Berencana

Oleh: M. Amrulloh, ST.
          Semakin kompleksnya tantangan yang terjadi di sejumlah negara di berbagai belahan bumi ini telah mengundang perhatian badan dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Beragam masalah seperti kemiskinan, rendahnya pendidikan, kematian, dan kasus HIV/AIDS, merupakan sebuah ancaman serius bagi kehidupan yang dapat terjadi di negara-negara yang mengalaminya.
Oleh karena itu, di awal abad ke-21 PBB mengumpulkan kepala-kepala pemerintahan berbagai negara untuk menandatangani Millenium Development Goals (MDGs) di New York, Amerika Serikat. Misi mulia MDGs adalah upaya untuk menyelamatkan bangsa (save nations). Namun patut disayangkan, menurut saya, hal itu akan menimbulkan efek samping yaitu peningkatan pertumbuhan penduduk. Ini terjadi karena target (goals) yang termaktub dalam MDGs hanya menekankan pada upaya melanjutkan kehidupan (continuity of life), tanpa diiringi upaya pengendalian penduduk.

MDGs Untuk Kelangsungan Hidup
Dari delapan sasaran MDGs, tiga poin langsung menyasar faktor continuity of life yaitu mengurangi angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu hamil, dan memerangi HIV/AIDS dan malaria. Lima poin yang lainpun berhubungan secara tidak langsung dengan upaya continuity of life yaitu penghapusan kemiskinan, pencapaian pendidikan dasar, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menjamin lingkungan yang berkelanjutan, dan pembangunan kemitraan global. Dampak dari entitas-entitas di atas, baik secara langsung maupun tidak langsung, adalah menurunnya jumlah mortalitas penduduk, yang berarti akan memicu meningkatnnya kelangsungan hidup penduduk.
Fenomena seperti ini mengingatkan kita pada pengalaman pertumbuhan penduduk era tahun 1650 hingga sekarang. Pertumbuhan penduduk pada tahun 1650 – 1750 berakselerasi dengan sangat cepat. Jika sebelumnya laju pertumbuhan penduduk global hanya 0,4 persen, atau dibutuhkan sekitar 175 tahun untuk membuat jumlah penduduk berlipat dua (doubling population). Namun mulai tahun 1650 sejalan dengan kemajuan dalam mengurangi angka kematian, fenomena doubling population ternyata bisa terjadi lebih cepat. Diperkirakan, pada tahun 1950 – 1980 dengan laju pertumbuhan penduduk dunia di kisaran 2 persen, terjadinya doubling population hanya mememerlukan waktu 40 tahun, sehingga diperkirakan jumlah penduduk dunia di tahun 2024 akan menjadi 9,4 milyar dan kemudian akan berlipat lagi menjadi 18,8 milyar di tahun 2065. Perkiraan ini berdasarkan asumsi laju pertumbuhan penduduk konstan di angka 2 persen. Misal dengan sebuah tiupan, jika target MDGs tercapai di tahun 2015 – yang artinya laju pertumbuhan penduduk tinggi akan terjadi – maka doubling population akan terjadi lebih cepat. Sebagai catatan, sebelum tahun 1650 dibutuhkan waktu jutaan tahun untuk mencapai jumlah penduduk setengah milyar (Collins, 1982). Karena pada saat itu memang jumlah penduduk justru mengalami surut yang disebabkan antara lain pengaruh iklim, ketersediaan pangan, dan serangan wabah penyakit. Angka kematian dan angka kelahiran pada saat itu kurang lebih sama. Akan tetapi, setelah era 1650 sektor pertanian dan industri tumbuh dengan cepat, pengaruh iklim dan penyakit bisa dikendalikan sehingga menghasilkan berkurangnya angka jumlah kematian. Hal itu fatal; berkurangnya angka kematian tidak segera diimbangi dengan pengendalian angka kelahiran, sehingga cepatnya laju pertumbuhan penduduk tak bisa dihindari.

Mengendalikan Jumlah Penduduk
Paling tidak ada 3 (tiga) variabel penentu tingkat kelahiran, yaitu: 1. Demografi, 2. Sosial Ekonomi, dan 3. Variabel pendukung lain, misal budaya, agama, dan lain-lain. Poin nomor 2 merupakan poin yang paling berhubungan dengan sasaran MDGs. Bayangkan jika kondisi sosial ekonomi masyarakat membaik namun tanpa diiringi kesadaran dalam mengatur jumlah kelahiran, maka MDGs hanya akan menjadi proyek sia-sia belaka. Karena kuantitas penduduk mempunyai hubungan linier dengan kuantitas masalah hidup. Semakin besar jumlah penduduk, maka akan semakin besar pula masalah kehidupan yang akan dihadapi. Atau, misalkan dengan tingkat kesejahteraan yang sudah baik dan kesadaran mengatur kelahiran juga baik, namun ternyata tidak ada fasilitas bagi penduduk untuk mengatur kelahirannya maka juga akan menghasilkan peningkatan pertumbuhan penduduk yang dihasilkan dari kelahiran anak yang sebenarnya sudah tidak diinginkan. Sehingga siklus permasalahan itu akan terus berputar di dunia ini tanpa bisa berhenti pada titik : CASE CLOSED.
Mencermati keadaan tersebut, sangat penting kiranya jika usaha keras pencapaian target MDGs dibarengi juga dengan usaha keras dalam mengendalikan angka kelahiran, sebagai contoh misalnya melalui intensifikasi Program Keluarga Berencana, termasuk di dalamnya segala infrastruktur pendukungnya. Untuk kondisi di Indonesia, upaya keras tersebut lebih-lebih sangat perlu dilaksanakan mengingat Program KB di Indonesia akhir-akhir ini tidak se-intensif pada saat era Orde Baru.
Hasil survey SDKI tahun 2002-2003 menunjukkan Total Fertility Rate (TFR) rendah pada penduduk yang tingkat pendidikannya semakin tinggi. Begitu juga TFR akan turun seiring meningkatnya kesejahteraan penduduk. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut:


Pendidikan dan indeks kesejahteraan
TFR
Anak pernah dilahirkan wanita 40 – 49 th.
Pendidikan
·  Tdk sekolah
·  Tdk tamat SD
·  Tamat SD
·  Tdk tamat SMP
·  Tamat >SMP
Indeks Kesejahteraan (Q)
· Q1 (terendah)
· Q2
· Q3
· Q4
· Q5 (tertinggi)

2.6
2.7
2.7
2.5
2.5



3.0
2.6
2.7
2.5
2.2

4.3
4.4
4.0
3.7
3.0



4.4
4.3
4.1
4.0
3.4

Source : SDKI, 2002 – 2003
Dari data di atas, dapat kita bayangkan bahwa, jika target MDGs tercapai sementara di saat yang sama Program KB juga berjalan secara komprehensif, maka saat itu juga masalah pengendalian jumlah penduduk telah terselesaikan.

Reff.:
1. Family Planning for All p.70. 2007. National Family Planning Coordinating Board. Jakarta.
2. Anonymous. Online Article.
3. dan dari berbagi sumber.

1 komentar:

Jumarsyah mengatakan...

MDGS sepertinya terus menjadi acuan semua instansi pemerintah dan BUMN ya bung? Nah, bagi Badan KBPP sendiri wujud pelaksanaan MDGs itu seperti apa ya bung?

Posting Komentar

Kami mengajak pembaca untuk berkomentar di artikel ini. Berkomentarlah secara bijak.

Klik Like! : Apakah anda tertarik dengan blog ini?